Kamis, 29 November 2007

di sebuah kafe dekat pelabuhan

di kafe dekat pelabuhan itu
aku duduk sejak pukul tiga
lewat empat lima sore
dan memesan apa saja
untuk bisa melupakanmu
tapi cuma kopi susu
dan roti bakar rasa keju
yang kutemukan di daftar menu
apa tak ada yang lain?

seorang pelayan berkaos abu-abu
menjawab: sebenarnya, dulu
kafe ini pernah menyediakan
hidangan laut bumbu kesedihan
lengkap dengan jus rasa kekosongan
tapi hanya sedikit yang beli
dan kami terus merugi

maka kupesan saja
segelas kopi tanpa susu
dan sekeping roti tanpa keju
biar sesekali hidup kunikmati seperti ini:
pahit dan tawar

di kafe dekat pelabuhan itu
aku duduk berhadap-hadapan
dengan bangku kosong
satu-satunya yang dapat kuajak bicara
selain pelayan dan sunyi, tentu saja.

aku dapat mendengar laut bergetar
dilalui kapal-kapal
ada yang datang, ada yang hilang
ada pertemuan dan ada yang betah
bicara dengan sunyi

mengapa begitu sulit?
mencintaimu berkali-kali
untuk melupakan mestinya cukup sekali

di kafe dekat pelabuhan itu
aku duduk, meremas gelas, lalu sadar
telah menghabiskan bergelas-gelas kopi
dan berpiring-piring roti tanpa isi
ketika pelayan itu mengingatkan
dini hari sebentar lagi
kafe akan tutup dan aku harus pergi

kukatakan padanya:
tak bisakah, untuk malam ini
kau membiarkanku menikmati
rasa sakit, sendiri?

pelayan itu tersenyum
sanyum yang terlampau sabar
untuk seorang pelanggan cengeng seperti aku
kau tahu, ujarnya setelah jeda beberapa saat
aku pikir kaulah yang sedang mendera dirimu sendiri
maka pulanglah, tidur dan tolong jangan bermimpi

aku turuti sarannya
membayar semua makanan dan minuman
dan bersiap pulang untuk rebah
di ranjang yang mungkin telah jengah
dengan bau tubuh, airmata dan keluhan
yang itu-itu saja

pelayan berkaos abu-abu itu
menyodorkan sesuatu terbungkus
kantong plastik hitam padaku
ini roti rasa keju, gratis, bisiknya
sesekali nikmatilah hidup seperti ini:
manis, asin dan asing.

makassar, november 07

Tidak ada komentar:

Posting Komentar