Sabtu, 03 November 2007

mencoba menerjemahkan sajak Tagore

SIR RABINDRANATH TAGORE, barangkali, sebab gemar membaca esai-esai Goenawan Mohammad, aku menjadi suka pada penyair kelahiran Calcutta, India ini. Pasalnya, GM teramat kerap menyitir sajak-sajak Tagore, tentu saja dengan kemampuan GM mengindonesiakan sajak asing yang sempurna, sehingga sajak-sajak itu tak berkurang gaungnya ketimbang bahasa aslinya yang Bengali.

Dilahirkan di sebuah keluarga kasta brahma yang mulia, Tagore berkembang menjadi seniman yang senang memadukan kebudayaan barat dan India. sehingga tak heran, dia disebut-sebut sebagai pelopor gerakan Renaissans Bengali. Dan tak heran pula, hadiah nobel sastra tahun 1913 jatuh ke tangannya. Reputasinya dikenal luas sebab sajak-sajak dan novel-novelnya yang mistis. Selengkapnya tentang Tagore, bacalah di sini

metode penerjemahan

Ini adalah kali kedua aku menerjemahkan sajak asing setelah dua bulan lalu sajak Pablo Neruda. Tentunya dengan metode yang tak jauh berbeda. Aku harap kegiatan menerjemahkan ini dapat kurutinkan. Mengingat dalam sebuah buku yang hampir terbit, aku pernah membaca, salah satu latihan yang baik dalam menulis sajak adalah dengan menerjemahkan sajak asing.

Sejenak lupakan dulu soal stigma yang menyebut para penerjemah karya sastra asing adalah orang-orang kelas dua, sembari berusaha menajamkan diksi dan memperkaya pengetahuan tentang struktur puisi. Kalimat di sini dengan di buku itu memang tak sama persis, tapi paling tidak, seperti itulah intisari yang dapat kutangkap darinya (ada apa? merasa kenal dengan buku itu?).

Sekali lagi ini cuma coba-coba.

maka beginilah hasil terjemahan itu:

*Negeri Dongeng*

andai banyak yang datang dan ingin tahu di mana istana rajaku berada, tersesaplah dia di udara
tembok-temboknya adalah perak putih bersinar dan atap-atapnya emas berpendar
baginda ratu tinggal di istana berpagar tujuh taman, mengenakan permata disepuh kekayaan dari tujuh kekaisaran
namun biar kucerita padamu, bunda, dalam sebuah bisikan, di mana tempat istana rajaku berada;
pada sepetak sudut rumah kita, tepat di sepokok tulsi merimbun dalam pot
yang mulia puteri, tidur terkelampai jauh di tepian tujuh lautan tak tergapai
tak seisi semesta pun mampu menemukannya kecuali daku
gelang-gelang menggelung lengannya, bebutir mutiara menjuntai kupingnya; lelampai rambut membelai lantainya
akan terjaga dia saat tersentuh oleh tongkatku yang tuah, dan senyumnya rontokkan bebutir permata dari bibirnya
namun biar kubisikkan padamu, bunda; dia ada tepat di sepetak sudut rumah kita, tepat di sepokok tulsi merimbun dalam pot
ketika sampai saatmu membasuh tubuh di alir sungai, mendakilah ke atap petak itu
daku duduk menyudut saat bayang tembok berjejalin dengan bayang tembok yang lain
cukup kucing yang kuizinkan menyudut bersamaku, agar dia tahu di mana tinggal ahli cukur dalam kisah ini
tapi bunda, biar kuberbisik di telingamu, di mana tinggal ahli cukur itu; tepat
pada sepetak sudut rumah kita, tepat di sepokok tulsi merimbun dalam pot

dan beginilah versi inggrisnya:

*Fairyland*

If people came to know where my king's palace is, it would vanish
into the air.
The walls are of white silver and the roof of shining gold.
The queen lives in a palace with seven courtyards, and she
wears a jewel that cost all the wealth of seven kingdoms.
But let me tell you, mother, in a whisper, where my king's
palace is.
It is at the corner of our terrace where the pot of the tulsi
plant stands.
The princess lies sleeping on the far-away shore of the seven
impassable seas.
There is none in the world who can find her but myself.
She has bracelets on her arms and pearl drops in her ears; her
hair sweeps down upon the floor.
She will wake when I touch her with my magic wand and jewels
will fall from her lips when she smiles.
But let me whisper in your ear, mother; she is there in the
corner of our terrace where the pot of the tulsi plant stands.
When it is time for you to go to the river for your bath, step
up to that terrace on the roof.
I sit in the corner where the shadow of the walls meet
together.
Only puss is allowed to come with me, for she know where the
barber in the story lives.
But let me whisper, mother, in your ear where the barber in
the story lives.
It is at the corner of the terrace where the pot of the tulsi
plant stands.

catatan: Untuk kata puss, aku kesulitan menemukan padanannya. Maka dengan sembarangan kupakai saja kata kucing. Yang mau koreksi silahkan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar