Selasa, 06 November 2007

seseorang telah mengisi bangku itu

bangku taman itu
tempat mestinya aku duduk tiap sabtu
seseorang telah mengisinya lebih dulu
duduk, tepatnya meringkuk
menyapaku dengan nama yang salah
dan suara gemetar.

"dingin," desisnya
"tempat ini ditutup selama tiga hari
tapi itu tak mencegahku mendengarkan
cemplung hujan di kolam taman ini."

wajahnya terlalu keras, suaranya teramat getas
kuping tanpa tindik, lengan penuh bulu
membuatku ragu mesti memanggilnya
bapak ataukah ibu

dia terlalu banyak bertanya ternyata
"kuliah di mana, kerja di mana
maaf, maksudku kuliah ataukah kerja,
di mana, tinggal di mana, asal dari mana
wah, kita selorong rupanya."

semoga dia tak bertanya, aku homo, bukan
atau, berapa besar ukuran...

merepet di antara hujan yang merintik satu-satu
sol tebal tumit sendal dan cara duduk
seperti perempuan yang tak pandai menipu
puji tuhan, dia seorang ibu

kepadanya, kota ini mengajarkan hidup
makanan harus sampai paling pagi
mangkok dan piring telah tercuci
sebelum pengunjung pertama memesan bakmi

cuci piring lagi, cuci piring lagi
kios sendiri baru buka malam hari
memunguti bola di lapangan tenis karebosi
sesekali, hanya saat ramai kompetisi

tak ada yang akan meninggalkanmu sendiri
kecuali bila kau pelukis sepi
penulis puisi

"kau tahu, apa alasan mereka menutup tempat ini?"
dia mestinya paham, seseorang tak perlu jadi mahatahu

"mereka takut, kita belajar berontak
pada hujan yang congkak."

makassar, november 07

Tidak ada komentar:

Posting Komentar