Rabu, 14 November 2007

tiga benteng mempercakapkan mimpi

--otanaha

orang-orang dalam mimpiku adalah para pemberang. yang barangkali hanya kenal kata pedang dan perang. "musuh datang! musuh datang!" dari tepi danau mereka menyeberang, siap menyerang bersampankan rakit-rakit sempit. dan dari sini kita akan memanahi sebelum mereka sempat berkelit.

darah terlalu banyak. membuatku tak mampu lagi membedakan bau induk maleo menguruk telur di timbunan debu, dengan bau asin peluh penombak ikan bermata sedingin batu. "musuh datang! musuh datang! tabuhlah genderang pertanda mulai perang."

di tubuhku, lancung-lancung tua sedang menangisi hari-hari yang hampir habis. dan aku dengar derak-derak hutan seperti kertak ketakutan.

--otahiya

sampai sejauh ini, aku masih merindukan kata-kata ajaib itu dari mulutmu. tapi setiap malam, kumimpikan wajah perempuan yang mengutukku jadi batu. nama kita diawali dengan untuk, bukan kutuk. tapi bukankah diciptakan dan dinamai untuk orang lain adalah sebuah kutukan juga?

lawanlah nasib dan kita akan kalah. setiap malam perempuan itu datang menyentuh keningku. menyapaku putri manja. seolah aku gadis remaja yang menghabiskan hari tanpa kerja. hanya tidur, tidur, tidur dan hanya. sesekali melantur tentang haid yang datang tak teratur.

--ulupahu

kuburlah sejarah sebab masa lalu bukan lagi sebuah perkara penting. setidaknya, saat melihat pantulan wajah kalian di wajah danau, bersepakatlah denganku:
umur adalah perihal gaib yang galib.

aku tak duga, putih telur maleo dapat mempertahankan umurku seuzur ini. padahal apalah itu, cuma getah untuk sayap dan paruh dari yang menjelang tubuh. di pipiku, bertebaran ladang gerangan. di keningku, kerak menggambar kenangan. tidak, tidak, aku tidak sedang ingin menjumpai masa lalu. hanya saja, pernahkah terpikir, kenangan itu seperti gadis manis berpipi merah, bergaun juntai diteduhi payung kertas abu-abu, menunggumu di taman yang dilimbur daun-daun kecoklatan, memanggilmu dengan desah-desah liris yang tak akan berhenti sampai simfoni kedelapan.

makassar, november 07

Tidak ada komentar:

Posting Komentar