Rabu, 26 September 2007

uang kertas

selalu saja saat kita saling tatap
warna-warna itu hadir tetap
: hijau, merah, abu-abu
sesekali ungu bernyala-padam di wajahmu

hijau aku tafsirkan sebagai lumut
tempat langkahmu tergelincir luput
barangsiapa dengan sengaja
meniru, memalsu airmata
atau dengan sengaja
menyimpan serta mengedarkannya
diancam hukuman menangis selamanya

pernahkah kau dengar peringatan serupa?

merah aku tafsirkan sebagai marah
dan abu-abu sebagai tabu
ah, milikku paling berharga
tinggal seonggok lemari tua
tempat menyimpan janji-janji lama
yang tak kunjung kau tepati jua
warna-warna itu timbul-terendap di wajahmu

sesekali ungu menjadi sepi
sepi yang tak mampu aku tafsirkan sendiri

Tidak ada komentar:

Posting Komentar