Senin, 14 Juli 2008

Kunci untuk Kepalaku

Setiap malam sebelum tidur
aku mengunci pintu, jendela
dan bibirku,
agar dapat kurayakan kantuk
tanpa diganggu sebuah ketuk
dan dalam tidur aku tak
mengigaukan nama-nama buruk.

Satu-satunya yang terbuka
tinggal kepalaku yang telah
kehilangan kuncinya
tempat kau bebas keluar masuk
membawa tanam-tanaman,
hewan-hewan dan mainan asing
entah dari mana
kemudian kau letakkan mereka
di sudut-sudut yang dapat kulihat
mudah kuingat.

Maka keesokan paginya
kutemukan diriku terbangun
dari tidur yang belum tuntas
aku mandi lalu bergegas
ke toko mainan
untuk membelikan hadiah
ulang tahun untukmu

Di pagi yang lain entah mengapa
aku merasa selalu bangun kesiangan
terlambat menyiram tanaman,
dan memberi makan hewan-hewan
kesayanganmu yang gaduh tak
keruan.

Tepat pukul dua belas siang
aku kembali menjadi seorang dungu
yang sadar di rumah ini
tak ada tanaman sepucuk pun,
hewan-hewan peliharaan
atau gadis manis berulang tahun
yang membutuhkan sekotak mainan.

Itulah yang terjadi
jika aku tidur meninggalkan
kepala tak terkunci.

telah kudatangi toko kunci
di kota ini, tapi pemiliknya
mengatakan satu perkara
yang barangkali juga akan
dikatakan para pemilik toko
kunci lainnya:

“sayang, tuan. Sayang sekali.
Kunci semacam itu sudah tak lagi
diproduksi
kira-kira sejak ditemukannya
satelit dan televisi.”

Gorontalo, Juli 08

Tidak ada komentar:

Posting Komentar