Sabtu, 20 September 2008

Mencari Sisa-sisa Perjumpaan dalam Bangunan yang Hampir Diruntuhkan

Aku singgahi koridor bangunan ini, sehari sebelum diruntuhkan. Mencari apa pun yang layak; potongan pigura, pelat ornamen juga sisa-sisa perjumpaan pertama kita di anak tangga. Sayang, tak kutemukan kau. Tak kutemukan perjumpaan kedua, sehingga kolase yang kususun dari sisa-sisa perjumpaan pertama kita tak merekat tepat, lantas buyar belaka; tak menjadi wajahmu, tak menjadi wajah senja yang memakamkan diri di kedalaman matamu.

Sungguh, aku mencintaimu sungguh-sungguh. Hanya saja ingatanku teramat rapuh seperti sayap-sayap serangga setelah lelah mengembara ke jauh. Aku menyukai anakan rambut yang jatuh terjuntai di atas alismu, tapi tak sanggup aku mengingatnya persis seperti itu. Aku belum juga mati, tapi sekumpulan lebah mulai membangun sarang di jiwaku. Maka aku berkeras mencari sisa-sisa perjumpaan dan kau yang tak juga kutemukan.

Kira-kira esok pagi, bangunan ini tinggal reruntuhan. Barangkali tiada selain aku yang merasa kehilangan.

Makassar, September 08

Tidak ada komentar:

Posting Komentar