Sabtu, 19 Januari 2008

Riwayat Suara Perempuan

Pernah kau bertanya; bagaimana perempuan mendapatkan suara lembutnya?

Tatkala Adam tengah berupaya keras mempelajari banyak nama-nama benda yang baginya asing dan baru, Hawa belum lama tercipta; lemah dan bisu. Sebab Tuhan merasa perlu menunda mencipta suara untuknya. Dan Tuhan memberi kesempatan Adam menentukan sendiri bentuk suara seperti apa yang layak diletakkan dalam serat-serat halus di tenggorokan bakal kekasihnya itu. Maka Adam pun meninggalkan pelajaran buat mencari suara-suara. Dan setelah beberapa kali mengelilingi taman surga, didapatinya nada-nada paling indah dalam kicau burung-burung murai, desir-desir air sungai, dan gemerisik dedaunan pohon cempaka yang rimbun-permai. Namun dia tak dapat memilih salah satu.

Tapi Tuhan sungguh bijak tak membiarkan Adam bingung terlampau lama. Dan Dia pun terlalu bijak untuk tak memilih salah satu. Dengan kelembutan mahaguru pelukis saat memadu-madankan warna-warni ajaib cat minyak, dibaurkan-Nya segala suara yang ditemui Adam, sehingga tercipta sebentuk suara baru buat makhluk-Nya yang paling baru. Dan, tak seperti cerita banyak orang, Adam sendirilah yang kemudian meletakkan suara baru itu di rongga tenggorokan Hawa. Dan Hawa membalas kebaikan itu dengan menyebut nama Adam sebagai kata yang diucapkannya kali pertama.

Tentu tak perlu lagi aku menjelaskan kicau apa yang tiap pagi membangunkan dan mengingatkanmu pada sarapan yang sudah siap santap. Pula tak perlu menjelaskan kiranya desir-desir apa yang meluluhkan pongah-angkuhmu itu, seperti luluhnya cadas bebatu setelah terkikis air sungai sekian waktu. Atau, masih perlukah sebuah penjelasan perihal gemerisik gaib yang selalu menarikmu ke dalam pelukannya; yang teduh dan seakan berbau cempaka itu?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar