Kamis, 17 Januari 2008

Penghujung Musim Hujan (4)

Bagaimana kau perlakukan aku mestinya. Hujan nyaris habis dan aku hampir kering. Namun huruf-huruf dan kata-kata di tubuhku terlanjur luntur, lamur, sukar terbaca. Andai aku dapat membaca, mampu berkata-kata dan paham alasan seseorang menangis atau tertawa setelah menelusur tubuhku seksama sekian lama, barangkali akan mudah bagimu memutuskan adakah cukup tempat yang hangat buatku di laci lemari tempat berlusin surat cinta darinya kau simpan. Atau kau akan pilih mengoyak, menyobek, dan membakar tubuhku saja. Apakah aku adalah surat cintanya seperti yang sudah-sudah, atau sekadar cara mencapakkanmu paling mudah. Aku terlalu lama meringkuk dalam kotak surat bocor. Sebagian huruf dan kata terlarut dalam hujan, terbawa arus selokan, menyatu sungai sebagian; lainnya diserap tanah, batu dan akar pepohonan. Kelak mungkin mereka bermuara kembali di lautan, menguap dan luruh jadi hujan musim depan. Barangkali kau mesti mengumpulkan setiap huruf, setiap kata dalam hujan itu lalu menyusunnya. Agar kau tahu pesan apa yang ingin disampaikannya dan bagaimana kau perlakukan aku mestinya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar