Rabu, 20 Februari 2008

Jerusalem Tua

Akhir perjalanan ini, Dinda, tak jauh lagi
Di seberang Jerusalem tua yang mekar antara
Bukit Zaitun dan Laut Mati. Setelah ini
tak ada bukit-bukit terjal berbatu, sungai,
atau ular-ular ganas yang menunggu di hulu.

Dingin dan lapar biar jadi musuhku.
Andai ada yang perlu kau khawatirkan
maka itu adalah anak dalam rahimmu

Kelak dia akan setinggi raja, semulia nabi.
Itulah takdirnya. Walau barangkali
aku terlalu bodoh buat mendidiknya
jadi orang suci. Aku hanya sanggup membimbing
sepasang tangan dan kakinya agar kuat layaknya
milik lelaki sejati.
Untukmu, dia akan membangun sebuah rumah,
menggembala domba dan menebar benih-benih
gandum di ladang.
Pula dia yang bakal menggantikanku menjaga
dan menuntunmu dalam setiap perjalanan jauh.

Karena itu bersabarlah, Dinda
akhir perjalanan kita tak jauh lagi.
Di seberang jerusalem tua yang mekar
antara bukit zaitun dan laut mati,
arwah para raja, ksatria dan orang suci
tengah menunggumu. Dan menunggu anak
yang akan kau lahirkan ini.

(After watching the nativity story, a movie about Mary and Joseph's journey from Nazareth to Bethlehem. Truly a religious-romantic story. It teach me how the originally love suppose to be)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar