Selasa, 18 November 2008

Tirai

ANAK-ANAK adalah tirai yang tertiup angin.
Tirai adalah anak-anak yang terbantun angan.

Sore ini hujan. Hujan yang mulanya perlahan.
Tirai menyapa hujan lewat jendela,"apa kabar, hujan?"

"Baik-baik, tirai. Yuk, main," ajak hujan.
Tirai menggelengkan kepala.

Hujan adalah anak-anak yang bermain dan merdeka.
Tirai adalah anak-anak yang mengintip iri dari jendela.

"Ingat ya, tirai, jangan bermain dengan hujan.
Hujan itu kotor, jorok, nakal, sumber penyakit dan
malapetaka," gumam tirai pada dirinya sendiri.

Di luar jendela hujan bermain gundu dan sepakbola.
Di dalam kamar tirai bergelut rumus matematika.

"Yuk, main." ajak hujan sekali lagi,
tapi tirai tetap menggelengkan kepala.

"Ingat ya, tirai, banyak main itu kerjanya gelandangan.
Seperti hujan. Gelandangan itu tempatnya di jalan,
bukan rumah-rumah mewah atau gedung kantoran."

Di luar jendela kaki-kaki hujan menjadi cokelat
selepas berkejaran di atas rumput dan berenang di selokan.

Hujan adalah kegembiraan yang tergenang di jalanan,
sedang tirai adalah kesepian yang duduk di sofa
--sambil bercakap pada televisi yang bisa bicara
tapi tak sekali pun pernah menyahutnya.

"Ingat ya, tirai, dunia di luar jendela itu berbahaya.
Banyak kecelakaan, perampokan, pembunuhan,
perkosaan, penculikan..."

Tirai adalah anak-anak televisi
dan televisi adalah anak-anak yang berlagak dewasa.

Makassar, November 08

Tidak ada komentar:

Posting Komentar